BEST PRACTICE INOBEL


 

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL ESTAFET WRITING BERBASIS MEDIA LINE TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMPRODUKSITEKS PANTUN

 

 

 

NASKAH FINALIS LOMBA INOVASI PEMBELAJARAN

GURU PENDIDIKAN MENENGAH

TINGKAT NASIONAL

TAHUN 2016

 

 

Oleh:

Dra. SITTI SYATHARIAH

 

 

 

SMA CENDANA  PEKANBARU

KOMPLEK PALEM PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA (CPI)

RUMBAI PEKANBARU RIAU

 

 

KATA PENGANTAR

 

Puji dan syukur kepada Allah SWT penulis sampaikan, karena atas rahmat dan hidayah yang telah diberikan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Estafet Writing Berbasis Media Line terhadap Peningkatan Hasil Belajar Memproduksi Teks Pantun”.

Karya tulis ini dibuat untuk mengikuti Lomba Inovasi Pembelajaran Guru Pendidikan Menengah 2016 yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Selesainya karya tulis ini tidak terlepas dari partisipasi dan bantuan semua pihak yang telah banyak membantu penulis, dan untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Drs. Mazuardi, M.Pd. selaku Kepala SMA Cendana Pekanbaru atas dukungan untuk penulis menyelesaikan karya tulis ini.
  2. Rekan-rekan guru SMA Cendana Pekanbaru, atas semangat dan motivasinya.
  3. Peserta didik SMA Cendana Pekanbaru yang selalu menginsipirasi untuk terus berinovasi dalam memberikan pembelajaran di sekolah.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT, dan semoga penulisan karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi kemajuan pendidikan.

 

 

                                                                 Pekanbaru, 12 September 2016                                                                                                          Penulis

 

     Sitti Syathariah

 


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………….............................................1

PERNYATAAN KEASLIAN DAN BEBAS PLAGIASI...……………………..……….2

PENGESAHAN...........…………………………………………………………………..3

SURAT PERNYATAAN MEMILIKI NUPTK, TERDAFTAR DI DAPODIK

DAN MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN......... ………………...…………………4

SURAT PERNYATAAN INTEGRITAS....................................................................5

SURAT REKOMENDASI DESIMINASI...................................................................6

BIODATA………………………………………………………………….…………...…7

KATA PENGANTAR................................................................................................9

DAFTAR ISI...........................................................................................................10

DAFTAR GAMBAR DAN LAMPIRAN…………………………………………..…....12

ABSTRAK..............................................................................................................12

BAB I PENDAHULUAN…………….................…..…………………………….….13

A.    Latar Belakang Masalah…….....…………………………..…………..……….13

B.    Rumusan Masalah...........................................................................................13

C.   Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................................15

BAB II KAJIAN PUSTAKA……………………………………………….………….…16

  1. Deskripsi Teori………………………………………….…………...……………16

1.    Motivasi…………........................................................................................16

2.    Pantun .......................................................................................................16

3.    Model Pembelajaran……............................................................................17

4.    LINE…………………………………………………………………….………..17

5.    Model Estafet Writing.................................................................................17

6.    Hasil Belajar...............................................................................................21

7.    Media Pembelajaran...................................................................................21

  1. Kerangka Berfikir dan Hipotesis………………………………………..………20

1.    Kerangka Berfikir…………………………………………………….……..20

2.    Hipotesis……………………………………………………………………..21

BAB III PROSEDUR PENELTIAN…………………………………………………….23

  1. Tempat Penelitian.........................................................................................23
  2. Populasi/Sampel Penelitian………………………………..…………..………..23
  3. Validasi Penelitian………………………………………………………...………23
  4. Desain Penelitian...........................................................................................22
  5. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………...………..24
  6. Teknik Analisis Data…………………………………………………...………….25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………...…..26

  1. Deskripsi Proses dan Hasil Pembelajaran……………………..………………26
  2. Pembahasan……………………………………………………...…………….…28

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……………………………………….………..…….33

  1. Simpulan……………………………………………………………...……………33
  2. Saran…………………………………………………………………...…………..35

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................36

LAMPIRAN………………………………………………………………….……..……..38

 

 


ABSTRAK

 

Mengajarkan teks pantun di SMA merupakan tantangan tersendiri bagi guru. Materi ini ssebelumnya sudah pernah siswa dapatkan di SD dan SMP sehingga kurang menarik mempelajarinya kembali. Apalagi materi ini diberikan pada siang hari menjelang sore dengan metode konvensional yang pernah mereka dapatkan. Kondisi tubuh yang sudah lelah dan mengantuk juga sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran sehingga berpengaruh negatif terhadap motivasi dan hasil belajarnya. Model Estafet Writing berbasis media LINE diyakini dapat menjadi solusi dalam meningkatkan motivasi peserta didik dalam menulis teks pantun sehingga berpengaruh positif terhadap hasil belajarnya. Estafet Writing salah satu model pembelajaran kooveratif yang melibatkan beberapa siswa menyelesaikan suatu pekerjaan secara bersama. Peserta didik menulis teks pantun secara berantai dalam satu kelompok LINE yang terdiri 4-6 orang anggota yang termasuk guru di dalamnya. Kolaborasi model dan media yang menarik ini diyakini mampu mengubah suasana belajar yang semula monoton dan membosankan menjadi menyenangkan. Penulisan teks pantun tidak perlu diselesaikan di rumah sehingga proses kreatifnya dapat disaksikan oleh guru dan penilaian lebih objektif.

kata kunci: Estafet Writing ,LINE, Pantun,hasil belajar

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang Masalah

Menulis teks puisi dengan memperhatikan unsur pembangunnya harus diajarkan di kelas X dalam kurikulum 2013 yang sudah direvisi. Sebelum Kurikulum 2013 ini direvisi,  pembelajaran puisi yaitu pantun diajarkan di kelas XI. Pantun merupakan salah satu puisi lama yang terikat dalam bait, rima, dan jumlah suku katanya. Memproduksi atau menulis teks pantun merupakan pengulangan karena sudah pernah dipelajari oleh peserta didik pada jenjang sebelumnya. Pentingnya materi ini diulang kembali di SMA karena  pantun merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang harus dilestarikan di negeri ini. Proses kreatif penulisan pantun ini tentu saja membutuhkan situasi dan kondisi yang baik agar proses pengembangan ide peserta didik dapat terlaksana sesuai dengan harapan. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa proses pembelajaran di sekolah tidak kondusif karena disebabkan dua faktor, yaitu jam pelajaran bahasa Indonesia yang sering dilaksanakan pada siang hari menjelang sore dan penggunaan metode konvensional yang sudah tidak relevan lagi.

Pada siang hari menjelang pulang sekolah, kondisi peserta didik sudah letih dan kehabisan energi. Kondisi belajar yang tidak kondusif ini mengakibatkan peserta didik tidak semangat dan tidak termotivasi dalam belajar. Penggunaan metode konvensional yang sudah sering diterapkan pada jenjang pendidikan sebelumnya tidak menarik dan terasa membosankan. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajarnya. Proses memproduksi teks pantun sering diselesaikan di rumah sehingga proses kreatifnya tidak dapat disaksikan oleh guru sehingga kemungkinan peserta didik dibantu orang lain atau menyontek teks pantun yang sudah ada di media sangat mungkin terjadi. Solusi yang efektif sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi peserta didik sehingga berpengaruh positif terhadap proses dan peningkatan hasil belajarnya. Salah satu solusinya adalah dengan mengolaborasikan model Estafet Writing dan media LINE yang sangat dekat dengan dunia peserta didik saat ini.

Model Estafet Writing ini sebelumnya sudah pernah penulis terapkan dalam pembelajaran menulis cerpen dan sangat disambut baik oleh peserta didik. Pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan model pembelajaran Estafet Writing ini telah mengantarkan penulis menjadi pemenang pertama dalam Lomba Kreativitas Ilmiah Guru ke-16 yang diselenggarakan LIPI pada tahun 2008. Keberhasilan pembelajaran menulis cerpen ini menginspirasi penulis untuk menerapkan model ini dalam pembelajaran memproduksi teks pantun dengan teknik yang sedikit berbeda, yaitu dengan mengolaborasikannya dengan media LINE.

Pemilihan model dan media yang tepat dan menarik sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik. Hal ini ditegaskan oleh Susiliana (2007:9), bahwa media pembelajaran dapat menimbulkan gairah belajar peserta didik dan merupakan interaksi lebih langsung antara peserta didik dengan sumber belajarnya sehingga berpengaruh positif terhadap hasil belajarnya. Selain itu proses pembelajaran menjadi lebih efektif karena sesungguhnya pembelajaran efektif dapat  tejadi bila tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan berhasil diterapkan. Pembelajaran efektif akan dapat tercapai bila guru mampu memberikan pengalaman baru kepada peserta didik melalui pemilihan media atau model pembelajaran yang tepat. (Saifuddin, 2014:34)

Estafet Writing  merupakan salah satu model pembelajaran kooveratif yang berfokus pada partisipasi aktif peserta didik dalam kelompok. Model pembelajaran dengan cara menulis berantai ini menekankan kerja sama peserta didik dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan.  Dalam pembelajaran kooveratif peserta didik dilatih untuk bekerja sama dengan temannya secara sinergis ( Jamal, 2016:37). Model pembelajaran Estafet Writing ini diyakini dapat menjadi solusi dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam memproduksi teks pantun. Model ini akan dikolaborasikan dengan aplikasi LINE yang terdapat dalam gadget. Kolaborasi model dan media yang sangat dekat dengan dunia peserta didik ini diyakini menjadi solusi dalam menciptakan iklim baru dalam pembelajaran memproduksi teks pantun.

Peserta didik di SMA Cendana Pekanbaru yang berkemampuan ekonomi menengah ke atas karena mayoritas anak pegawai PT Chevron Pacific Indonesia sangat memungkinkan untuk menggunakan aplikasi LINE dalam pembelajaran. Hal ini juga didukung oleh fasilitas Wi-fi sekolah. Keseharian peserta didik yang tidak lepas dari gadget ini dapat disikapi dengan memanfaatkan alat tersebut sebagai media pembelajaran. Keberadaan media yang mereka senangi akan mampu mengubah suasana belajar yang semula monoton dan membosankan menjadi menyenangkan.

Kolaborasi model dan media ini sangat tepat dilaksanakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang sering diletakkan pada siang menjelang sore. Kondisi tubuh peserta didik yang sudah lelah dan mengantuk sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran sehingga perlu disikapi dengan arif dan bijak oleh guru.  Apalagi kalau kompetensi yang ingin dicapai tersebut adalah memproduksi teks pantun yang membutuhkan konsentrasi dalam mengembangkan imajinasi karena berkaitan dengan keselarasan antara sampiran dan isi, kesesuaian tema, dan ketepatan jumlah suku katanya dalam tiap baris dalam bait. Proses pembelajaran dengan media LINE ini dapat berlangsung di mana pun dan kapan pun; di kelas, di luar kelas, maupun di rumah sehingga tercipta iklim belajar yang kondusif dan menyenangkan.

  1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, tulisan ini akan menjawab pertanyaan:

1.  Seberapa tinggi peningkatan hasil belajar peserta didik dalam memproduksi teks pantun sebelum menggunakan model Estafet Writing berbasis LINE?

2.  Apakah model Estafet Writing berbasis LINE  efektif dalam meningkatkan hasil belajar memproduksi teks pantun?

3.  Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran memproduksi teks pantun dengan menggunakan model Estafet Writing  berbasis LINE?

4.  Seberapa tinggi peningkatan hasil belajar peserta didik dalam memproduksi teks pantun dengan menggunakan model Estafet Writing berbasis LINE?

5.  Seberapa tinggi efektivitas peningkatan hasil belajar memproduksi teks pantun setelah menggunakan model Estafet Writing berbasis LINE?

6.  Bagaimanakah respon dari peserta didik setelah menggunakan model Estafet Writing berbasis LINE  dalam memproduksi teks pantun?

C.   Tujuan dan Manfaat Penelitian

Karya tulis ini bertujuan menggambarkan peningkatkan hasil belajar peserta didik dalam memproduksi teks pantun dengan menggunakan model Estafet Writing berbasis media LINE.

 

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

  1. Deskripsi Teori
  1. Motivasi

Peningkatan hasil belajar tentu saja sangat berkaitan erat dengan peningkatan motivasi. Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan daya penggerak di dalam diri peserta didik yang menjamin kelangsungan dan memberi arah dalam kegiatan belajar sehingga tujuan yang ingin dicapai oleh subjek belajar dapat tercapai (Sardiman, 2014:75). Daya penggerak tersebut dapat diupayakan dengan mengolaborasikan model Estafet Writing dengan media LINE.  Motivasi belajar peserta didik diyakini akan meningkat dan berpengaruh positif terhadap peningkatan kompetensinya dalam memproduksi teks pantun karena LINE  sangat menarik dan sangat dekat dengan dunia mereka dan Estafet Writing (Menulis Berantai) adalah model pembelajaran yang sangat mengasyikan sehingga diyakini dapat menimbulkan semangat dan gairah belajar peserta didik.  Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Zubaidah ( 2006:5), bahwa motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat nonintelektual dan berperan dalam menumbuhkan gairah, merasa senang, dan semangat dalam belajar. Motivasi belajar peserta didik dapat diketahui dari observasi selama pembelajaran yang direkam dengan instrumen yang didasarkan atas aspek motivasi keaktifan, keantusiasan dan keceriaan selama belajar.

  1. Pantun

          Pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang terdiri dari empat baris sebait yang bersajak abab, baris pertama dan kedua berupa sampiran sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi. Berikut ini adalah contoh sebait pantun yang terdiri dari 4 baris sebait.

Mari diukur bertali-tali

Buah keranji di tengah laman

Janganlah mungkir berkali-kali

Sudah berjanji bertapak tangan (Ibrahim, 2004:82)

 

Baris pertama diakhiri dengan bunyi /li/, baris ketiga pun demikian. Baris kedua diakhiri dengan bunyi /an/, demikian pula baris keempat. Pantun tersebut memakai pola persajakan a-b-a-b. Perulangan semacam itu akan membangun irama atau efek musikalitas dalam puisi. Bahasa puisi itu berirama. Irama terbentuk dari perulangan bunyi yang sama atau sedaerah artikulasi. Dalam puisi lama, pantun misalnya perulangan bunyi itu amat terpola. Pola irama dalam puisi lama sering disebut pola persajakan atau rima ( Setiawan, 2006:15). Perulangan bunyi yang menghasilkan rima yang indah dalam setiap baitnya sangat membutuhkan  konsentrasi yang baik dalam proses kreatifnya. Untuk itu sangat dibutuhkan kondisi belajar yang kondusif, yaitu dengan menggunakan model Pembelajaran Estafet Writing berbasis media LINE. 

3.    Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau  suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. (Ngalimun, 2016: 24). Setiap model pembelajaran dapat membantu guru mengarahkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan karena peserta didik terbantu dalam mengekspresikan dirinya dalam belajar. Model Estafet Writing diyakini mampu membantu peserta didik dalam berekspresi sehingga berhasil memproduksi teks pantun.

  1. LINE

LINE adalah sebuah aplikasi pengirim pesan instan yang dapat digunakan pada handphone atau gadget. LINE difungsikan dengan menggunakan jaringan internet sehingga pengguna LINE dapat melakukan aktivitas seperti mengirim pesan teks, gambar, video, dll. (http://id. Wikipedia.org/wiki/line). Dalam pembelajaran memproduksi teks pantun, aplikasi ini dikolaborasikan dengan model Estafet Writing. Peserta didik memproduksi teks pantun secara berantai dalam kelompok LINE-nya.

  1. Model Estafet Writing

Estafet Writing termasuk salah satu model active learning atau learning by doing yang bertujuan agar peserta didik mengasosiasikan belajar sebagai sebuah kegiatan yang menyenangkan (Syathariah, 2011:41). Dalam proses pembelajarannya, kegiatan menyelesaikan sebuah pantun merupakan proyek bersama yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompoknya. Pada akhir pembelajaran, akan tercipta beberapa bait pantun berantai hasil karya peserta didik. Setiap peserta didik akan memiliki beberapa bait pantun dalam kelompoknya. Langkah-langkah pembelajarannya menulis teks pantun dengan model Estafet Writing yang dikolaborasikan dengan media LINE sebagai berikut:

·       Setelah kelompok LINE yang terdiri dari 4-6 orang anggota dibentuk, setiap peserta didik menulis minimal sebait pantun dengan tema yang telah disepakati. Misalnya,

Pergi ke pasar lewat jalan sudirman

Ada demonstrasi pembuat rusuh

Kuatkanlah budi pekerti dan iman

Agar kita tidak banyak musuh (Ghina)

·       Setelah selesai menuliskan sebait pantun tersebut, kegiatan memproduksi teks pantun dengan model Estafet Writing (menulis berantai) mulai dilaksanakan. Teman satu kelompok LINE bergantian meneruskan bait-bait berikutnya, termasuk guru sebagai anggota dapat ikut bergabung mengirimkan bait-bait pantunnya sampai pada waktu yang telah ditentukan. Penulisan teks pantun dengan model Estafet Writing (Menulis Berantai) berbasis LINE terus berlangsung sampai beberapa bait pantun yang disepakati. Setiap pantun boleh menggunakan tema tertentu.

·       Setelah proses penulisan selesai, pantun-pantun berantai tersebut dipindahkan ke dalam buku latihan untuk disunting.

Misalnya,

   Ke Pekanbaru membeli buah durian

Selain durian ada juga buah cempedak

   Bila ingin berilmu pengetahuan

   Rajin-rajinlah membaca buku (Dicky)

 

(ket: suku akhir –ku pada bari terakhir yang ditulis Dicky  tidak tepat karena tidak mengikuti aturan sajak atau rima pantun yang abab)

·        

  1. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yag dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajar (Sudjana, 2010:22). Sehubungan dengan hal ini, Wahidmurni dkk menjelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Antara lain dari segi kemampuan berfikirnya, keterampilannya, atau cara bersikapnya. (2010:18)

7.    Media Pembelajaran

Susiliana (2007:9), menyatakan bahwa media pembelajaran dapat menimbulkan gairah belajar peserta didik dan merupakan interaksi lebih langsung antara peserta didik dengan sumber belajarnya. Media pembelajaran dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas menjadi lebih efektif.

 

B.  Kerangka Berfikir dan Hipotesis

1.    Kerangka Berfikir

Berdasarkan kondisi yang terjadi di lapangan, motivasi peserta didik dalam pembelajaran memproduksi teks pantun di sekolah sangat kurang sehingga berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Hal ini karena materi pantun sudah sering mereka dapatkan pada jenjang pendidikan sebelumnya. Materi ini sudah pernah diajarkan di SD dan SMP sehingga membosankan dan tidak menarik bagi mereka padahal pantun harus selalu dipelajari agar seni dan budaya Indonesia ini tetap terus abadi dan dikenal oleh generasi muda.

Metode pembelajaran  yang digunakan guru sebelum eksprimen ini adalah metode konvensional yang sudah biasa mereka dapatkan ketika belajar pantun di SD dan SMP sehingga kurang menarik. Biasanya guru menugaskan peserta didik menulis teks pantun beberapa bait dengan tema bebas. Proses penulisan sering tidak selesai dan akhirnya diselesaikan di rumah. Kegiatan seperti ini tidak efektif karena guru tidak menyaksikan secara  langsung proses memproduksi teks  pantun oleh peserta didik. Kemungkinan mereka dibantu oleh orang lain atau menyalin ulang pantun yang sudah ada di media cetak maupun elektronik bisa saja terjadi.

Model pembelajaran Estafet Writing yang dalam proses pembelajarannya melibatkan kerja sama dalam menyelesaikan sebuah tugas sangat tepat bila dipadukan dengan aplikasi LINE yang saat ini sangat dekat dengan dunia siswa. Kolaborasi model dan media ini diyakini dapat menjadi solusi dalam menciptakan iklim baru dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran memproduksi teks pantun yang dianggap kurang menarik. Penggunaan media yang menarik dan dekat dengan peserta didik diyakini dapat meningkatkan motivasi belajarnya sehingga berpengaruh positif terhadap hasil belajarnya.

Peningkatan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran teks pantun diharapkan dapat terjadi setelah menggunakan model Estafet Writing berbasis media LINE. Suasana belajar diharapkan menjadi kondusif, peserta didik menjadi senang dan semangat dalam proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas dengan kelompok LINE-nya. Proses memproduksi teks pantun yang selama ini tidak menarik, selalu dijadikan PR, dan tidak dapat dipantau langsung oleh guru tidak lagi terjadi sehingga akurasi dan objektivitas dalam memberikan penilaian proses dan hasil lebih maksimal.

 

2.    Hipotesis

a.    Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar peserta didik dalam memproduksi teks pantun dengan menggunakan model Estafet Writing berbasis LINE.

b.    Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas peningkatan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran memproduksi teks pantun dengan menggunakan model Estafet Writing berbasis LINE.

 

      

 

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

  1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Cendana Pekanbaru, komplek Palem PT Chevron Pacific Indonesia, Rumbai Pekanbaru Riau di kelas Bahasa Indonesia SMA Cendana Pekanbaru pada semester ganjil TP 2016-2017

  1. Populasi/Sampel Penelitian

    Sampel ditentukan secara acak karena kelas yang diajarkan adalah kelas paralel dengan materi yang sama. Kelas yang terpilih secara acak atau random sampling adalah  kelas XI IPA 3 TP 2016-2017 di SMA Cendana Pekanbaru yang berjumlah 34 orang.

  1.  Validitas Penelitian

Validasi dalam penelitian ini menggunakan teman sejawat, yaitu guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.

  1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif dengan menjelaskan dan menggambarkan proses dan hasil belajar peserta didik sebelum dan setelah menggunakan model  Estafet Writing berbasis LINE dalam menulis teks pantun.

Data yang diperoleh diidentifikasi, dibatasi, kemudian dirumuskan. Berdasarkan rumusan masalah tersebut akan digunakan berbagai teori untuk menjawab hipotesis dalam penelitian ini. Selanjutnya, hipotesis ini akan dibuktikan kebenarannya secara  empiris/nyata berdasarkan data yang dikumpulkan melalui sampel. (Sugiyono, 2016:31). Proses pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

1.    Peserta didik membentuk kelompok LINE dengan jumlah anggota 4-6 orang. Setiap kelompok LINE diwajibkan menyertakan gurunya sebagai anggota di kelompoknya. Hal ini untuk memudahkan guru melakukan pembimbingan secara online baik di sekolah pada jam belajar, di luar jam belajar, atau di rumah ketika sudah pulang dari sekolah.

2.    Pembelajaran memproduksi pantun dilaksanakan dengan model Estafet Writing atau menulis berantai dalam kelompok LINE masing-masing.

3.    Setiap peserta didik memproduksi teks pantun dan mengirimnya di LINE kelompok. Anggota kelompok yang lain, termasuk guru melanjutkan bait-bait pantun yang ditulis temannya sesuai dengan tema yang disepakati hingga batas waktu yang telah ditentukan.

4.    Setelah proses memproduksi teks pantun berantai dengan menggunakan aplikasi LINE, pantun-pantun berantai tersebut disalin ulang ke dalam kertas untuk disunting. Penyuntingan dilakukan secara mandiri dan berkelompok.

  1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes hasil belajar (tes tertulis), observasi, dan angket.

  1. Tes tertulis

Bentuk  tes yang digunakan adalah tes prestasi  yaitu tes yang digunakan untuk mengukur  pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Suharsimi Arikunto, 1996:139). Tes prestasi tertulis ini digunakan untuk mendapatkan data tentang kompetensi peserta didik dalam memproduksi teks pantun dengan model Estafet Writing berbasis LINE (kerja sama membangun teks pantun), maupun memproduksi teks pantun secara mandiri. Pembelajaran memproduksi teks pantun dikatakan tuntas bila persentase pembelajaran  mencapai minimal 76% dan berhasil baik bila persentase mencapai 80%. Hal ini karena batas minimal nilai ketuntasan (KKM) yang harus dimiliki peserta didik untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam memproduksi teks pantun di kelas XI adalah 76. Bila pembelajaran itu mencapai persentase 90%-100% (sangat baik), 80%-89% (baik), 75%-79% (cukup), dan kurang dari 76 (kurang).

  1. observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas dan proses pembelajaran memproduksi teks pantun dengan model Estafet Writing berbasis LINE di sekolah. Observasi dibantu oleh guru sejenis yang mengamati aktivitas pembelajaran. Motivasi peserta didik dalam belajar akan diamati dengan menggunakan lembar observasi.

 

 

  1. Angket

Pertanyaan angket digunakan untuk mengetahui jawaban peserta didik atas tanggapan mereka terhadap pembelajaran memproduksi pantun dengan menggunakan model Estafet Writing berbasis media LINE.

  1. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah analisis secara deskriptif kuantitatif dan disajikan dalam bentuk tabel. Hasil Belajar diperoleh melalui tes prestasi atau tes hasil belajar memproduksi teks pantun dengan memperhatikan beberapa indikator yang berkaitan dengan struktur dan kebahasaan teks pantun, yaitu rima, sampiran dan isi, serta diksi yang tergambar pada tabel berikut ini.

 TABEL 1  INSTRUMEN PENILAIAN HASIL BELAJAR TEKS PANTUN

No

Nama

Aspek Yang Dinilai

Skor

Nilai

Rima

Bait

Samp

Isi

Diksi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

RIMA :

5 = berima/bersajak sempurna abab (7-10 bait)

4 = berima/bersajak sempurna abab (5-6 bait)

3 = berima/bersajak tidak sempurna abab (contoh:kerbau dan tahu)

2 = berima aaaa tapi tetap bersampiran dan berisi

1 = berima tidak beraturan

 

BAIT :

5 = memiliki jumlah bait sempurna (7-10 bait)

4 = hanya 4-6 bait

3 = hanya 3 bait

2 = hanya 2 bait

1 = hanya 1 bait

 

SAMPIRAN :

5= memiliki sampiran  yang saling berkaitan dengan jumlah sukukata yang seimbang (7-10 bait)

4= memiliki sampiran yang saling berkaitan dengan jumlah sukukata yang tidak seimbang

3= memiliki sampiran yang tidak saling berkaitan dengan jumlah sukukata yang seimbang

2= memiliki sampiran yang tidak saling berkaitan dengan jumlah sukukata yang tidak seimbang

1= tidak memiliki isi

 

ISI:

5= memiliki isi yang saling berkaitan dengan jumlah sukukata yang seimbang (7-10 bait)

4= memiliki isi yang saling berkaitan dengan jumlah sukukata yang tidak seimbang

3= memiliki isi yang tidak saling berkaitan dengan jumlah sukukata yang seimbang

2= memiliki isi yang tidak saling berkaitan dengan jumlah sukukata yang tidak seimbang

1= tidak memiliki isi

 

DIKSI:

5    = menggunakan pilihan kata yang sesuai dengan tema (7-10 bait)

4  = menggunakan pilihan kata yang sesuai dengan tema (4-6 bait)

3  = menggunakan pilihan kata yang sesuai dengan tema (3 bait)

2  = menggunakan pilihan kata yang sesuai dengan tema (1-2 bait)

1    = menggunakan pilihan kata yang tidak berhubungan dengan tema

Pembelajaran memproduksi teks pantun dikatakan tuntas bila persentase pembelajaran  mencapai minimal 75% dan berhasil baik bila persentase mencapai 80%. Hal ini karena batas minimal nilai ketuntasan (KKM) yang harus dimiliki peserta didik untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam memproduksi teks pantun di kelas XI adalah 76. Bila pembelajaran itu mencapai persentase 90%-100% (sangat baik), 80%-89% (baik), 76%-79% (cukup), dan kurang dari 76 (kurang).

 

BAB IV

                                         HASIL DAN PEMBAHASAN

                                                              

  1. Deskripsi Proses dan Hasil Pembelajaran

Awal pembelajaran dibuka dengan membangkitkan motivasi peserta didik terhadap materi pembelajaran memproduksi teks pantun dalam kompetensi dasar memahami struktur dan kaidah teks pantun yang telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya. Peserta didik diajak bertukar informasi tentang struktur dan kaidah bahasa pantun sebelum dilanjutkan pada kompetensi dasar memproduksi teks pantun. Memproduksi teks pantun (menulis pantun) bukanlah hal baru bagi mereka. Semasa SMP bahkan ketika mereka masih duduk di bangku SD, teks pantun sudah mereka dapatkan. Agar pembelajaran menjadi tambah menarik, pembelajaran menggunakan LCD in focus untuk menayangkan contoh-contoh pantun dan contoh tayangan berbalas pantun dalam upacara adat Melayu dan Minang serta pada saat digunakan oleh seorang MC. Peserta didik terlihat tambah bersemangat menyadari pentingnya pantun tetap dipelajari karena merupakan aset seni dan budaya Indonesia.

Sebelum pembelajaran memproduksi teks pantun dimulai, peneliti menginformasikan kepada peserta didik bahwa kegiatan  menulis pantun akan menggunakan model Estafet Writing berbasis media LINE yang sebelumnya sudah diaktifkan di gatget masing-masing. Pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil. Peneliti menjelaskan dengan seksama langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan gadget tersebut. Sebelumnya, penulis sudah menginformasikan agar peserta didik membawa gatget pada saat belajar Bahasa Indonesia. Kemudian, peserta didik dibagi beberapa kelompok dengan anggota berjumlah 4-6 orang dan peneliti juga termasuk ke dalamnya.

Pada pertemuan pertama, kegiatannya adalah memproduksi teks pantun dengan menggunakan model Estafet Writing berbasis media LINE secara berkelompok. Kegiatan dimulai dengan menulis sebait pantun oleh salah seorang anggota kelompok di LINE masing-masing. Beberapa peserta didik terlihat berdiam diri, menerawang. Mungkin sibuk memikirkan tema apa yang akan ditulisnya menjadi sebuah pantun. Sebagian peserta didik sudah mulai menulis dan bahkan berdasarkan pengamatan penulis, ada beberapa peserta didik yang tidak hanya menuliskan satu bait pantun dan mengirimkannya ke  LINE kelompoknya.

Kegiatan pembelajaran terus berlangsung, peserta didik sudah mulai dapat menikmati pembelajaran ini. Hal ini dapat dilihat dari ekspresi mereka ketika membaca bait-bait pantun yang telah lebih dulu dikirim teman sekelompoknya. Mereka tersenyum-senyum, bahkan ada yang tidak sanggup menahan tawa ketika membaca isi pantun teman-temannya sehingga menarik perhatian teman-temannya di kelompok lain. Proses ini dapat diamati secara langsung oleh peneliti/guru karena termasuk ke dalam anggota kelompok LINE tersebut.

Pembelajaran menulis pantun berlangsung dengan sangat kondusif. Para peserta didik yang berada dalam kelompok LINE sangat serius menulis secara berantai sehingga telah tercipta beberapa bait pantun dalam waktu 2 x 45 menit. Usai menulis pantun secara berantai, penulis meminta salah satu peserta meng-screenshoots pantun berantai kelompoknya agar bisa ditayangkan di layar infocus untuk dibahas dan disunting bersama-sama. Pembahasan pantun berdasarkan rima dan sampiran sangat menarik perhatian peserta didik dan membutuhkan waktu yang cukup panjang kerena semua kelompok ingin pantun berantainya ditayangkan dan dibahas bersama. Pantun-pantun yang dibuat secara berantai dan bersama-sama ini dijadikan nilai kelompok  (kerjasama membangun teks). Hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan baik secara berkelompok maupun secara mandiri setelah pembelajaran menulis teks pantun menggunakan model Estafet Writing bebasis media LINE. Hasil belajar tersebut dapat dilihat pada lampiran. Rekapitulasinya dapat dilihat dalam tabel nilai berikut ini.

Tabel 2: Rekapitulasi Rata-Rata Nilai Hasil Belajar Memproduksi Teks Pantun Kelas Xi IPA 3 SMA Cendana Pekanbaru

 

Sebelum menggunakan model Estafet Writing dengan media LINE

 

Sesudah menggunakan model Estafet Writing dengan media LINE

Berantai

Latihan mandiri

Ulangan Harian

Nilai rata-rata

78.35

85.29

87.41

91.23

 

 

 

  1. Pembahasan

Peningkatan hasil belajar peserta didik yang tergambar pada tabel di atas, telah menjawab hipotesis dalam penelitian ini, yaitu telah terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar peserta didik dalam memproduksi teks pantun dengan menggunakan model Estafet Writing berbasis media LINE. Peningkatan hasil belajar ini terjadi karena pengaruh dari proses pembelajaran yang efektif pada saat menggunakan model Estafet Writing berbasis media LINE tersebut. Efektifitas ini terjadi karena peserta didik sangat menikmati suasana belajarnya. Belajar dengan menggunakan gadget yang mereka miliki benar-benar sangat memotivasi mereka dalam menyelesaikan tugas yang diberikan sehingga proses pembelajaran di sekolah menjadi lebih kondusif dan efektif. Ketika diminta menuliskan 6-10 bait pantun secara mandiri, peserta didik tidak lagi mengalami kesulitan karena mereka telah termotivasi ketika memproduksi teks pantun secara berantai (bersama-sama) sebelumnya. Proses pembelajaran tidak perlu lagi diselesaikan di rumah dan proses kreatif peserta didik dapat disaksikan oleh guru. Dengan demikian, proses pembelajaran pun menjadi lebih efektif. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik pada saat dilakukan evaluasi memproduksi teks pantun secara mandiri yang semakin meningkat dibandingkan sebelum menggunakan kolaborasi model dan media ini. Sebelum menggunakan media aplikasi LINE hasil belajar peserta didik masih ada yang kurang maksimal. Rata-rata nilainya hanya 78.35 %, tetapi setelah menggunakan model Estafet Writing berbasis LINE, hasil belajarnya adalah 85.29 untuk penulisan berkelompok (berantai). Ketika diadakan latihan memproduksi pantun secara mandiri, hasil belajar peserta didik meningkat menjadi  87.41. Bahkan, ketika diadakan ulangan harian pada pertemuan berikutnya, hasil belajarnya juga lebih meningkat lagi dengan nilai rata-rata 91.23 % tergolong sangat baik. Hasil belajar peserta didik dalam memproduksi teks pantun mengalami kenaikan setelah menggunakan model Estafet Writing berbasis media LINE, yaitu sebesar 12.88 %. Persentase ini diperoleh dari selisih rata-rata nilai peserta didik sebelum menggunakan model Estafet Writing berbasis media LINE yaitu 78.35% dengan rata-rata ulangan harian peserta didik setelah menggunakan model Estafet Writing berbasis media LINE, yaitu 91.23 %. Berikut ini adalah contoh pantun karya peserta didik  yang ditulis secara mandiri.

PANTUN ADIWIYATA (CINTAI LINGKUNGAN KITA)

Karya Istighfaroh Irawan

pergi ke kedai membeli bunga
bunga di beli cantik sekali
alam sekitar perlu dijaga
agar hidup sentiasa harmoni

 

Empat merpati hinggap di dahan 
Terbang satu tinggalah tiga 
Mari kita menanam pohonan 
Lingkungan indah alam pun terjaga

 

pergi ke pasar membeli duku
tidak lupa membeli durian
menjaga hutan tanggung jawabku
agar
hutan  tidak digundulkan

 

Api membara karena dikipas

Panas menyengat hewan melata

Tambang dicuri hutan dilibas

Rakyat jelata tambah menderita

 

Kalau ingin melanglang buana

Jangan memandang fatamorgana

Lingkungan rusak dimana-mana

Kesadaran manusia hanya wacana

 

Kapal berlayar tanpa muatan

Diiringi music orkes simponi

Bumi merana kehabisan hutan

Tanam pohon hanya seremoni

 

Andaikan ada orang dirindukan

Tentulah kawan baik tersayang

Jika pantai bebas pencemaran

Tangkapan ikan takkan berkurang

 

Beli buah ditoko Bedus

Jangan lupa membeli belati

Jika tanah menjadi tandus

Bagaikan hidup tiada arti

 

Pengalaman menulis yang mereka laksanakan bersama-sama merupakan proyek bersama yang sangat mengasyikkan dan menggembirakan. Motivasi belajar mereka sangat nampak terlihat. Motivasi belajar diketahui dari observasi selama pembelajaran yang direkam dengan instrumen yang didasarkan atas aspek motivasi keaktifan, keantusiasan dan keceriaan selama belajar. (Zubaidah, 2006:5). Gambaran motivasi peserta didik dapat dilihat pada tabel berikut ini.

 

TABEL 3: Rekapitulasi Skor Motivasi Belajar Peserta Didik Selama Proses Pembelajaran Memproduksi Teks Pantun dengan Model Tabel Estafet Writing Berbasis Media LINE

 

 

JUMLAH PESERTA DIDIK

AKTIF

ANTUSIAS

CERIA

Rata-rata

AK

KA

AN

KA

C

KC

31

3

28

2

32

2

 

Persentase

91.18 %

8.82%

82.35 %

8.70 %

94.11 %

5.88 %

89.21 %

Ket :

AK : Aktif        KA : Kurang Aktif       AN : Antusias     KA : Kurang Antusias

C    : Ceria      KC : Kurang Ceria

Keterangan:

Aktif : Peserta didik dapat dikatakan aktif dalam pembelajaran bila peserta didik tersebut terlihat lancar memproduksi teks pantun dan aktif bertanya bila tidak mengerti. Peserta didik tidak terlihat berdiam diri, malas, dan tidak aktif.

Antusias: Peserta didik terlihat antusias dan sungguh-sungguh-sungguh berfikir memilih diksi yang pas dengan cara bertanya dengan teman sekelompok, guru, dan membuka kamus dalam menyelesaikan penulisan pantunnya.

Ceria : Peserta didik dikatakan ceria bila peserta didik tersebut terlihat senang dan menikmati proses pembelajaran dengan tekun hingga selesai.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa selama proses pembelajaran memproduksi teks pantun dengan model Estafet Writing berbasis media LINE,  motivasi belajar peserta didik sangat baik sehingga berpengaruh positif terhadap hasil belajarnya. Hal ini tergambar dalam persentase tiga faktor penting yang menjadi indikator peningkatan motivasi belajar peserta didik, yaitu bila keaktifan, keantusiaan, dan keceriaan peserta didik selama pembelajaran terlihat baik. Berdasarkan tabel di atas keaktifan, keantusiasan, dan keceriaan  peserta didik selama pembelajaran mencapai 89.21 %. Angka ini menunjukkan bahwa motivasi peserta didik dalam pembelajaran sudah baik.

Berikut ini akan disajikan jawaban peserta didik terhadap angket pelaksanaan pembelajaran memproduksi teks pantun dengan model Estafet Writing berbasis media LINE.

Tabel 4 Rekapitulasi Jawaban Peserta Didik terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Pantun model Estafet Writing berbasis media LINE.

No soal

Pilihan Jawaban

Sangat setuju

Setuju

tidak setuju

jlh peserta

didik

%

Jlh peserta

Didik

%

Jlh peserta

didik

%

1

28

82.35

6

17.65

-

-

2

34

100

0

0

-

-

3

34

100

0

0

-

-

4

29

85.29

5

14.71

-

-

5

32

94.12

2

5.88

-

-

 

Berdasarkan jawaban peserta didik terhadap angket, diketahui bahwa pada umumnya peserta didik sangat setuju dan sangat menikmati pembelajaran menulis teks pantun dengan menggunakan model Estafet Writing berbasis media LINE. Dari lima pertaanyaan angket yang diberikan tidak ada yang menjawab tidak setuju. Persentase mencapai 100 % untuk pertanyaan nomor 2 dan 3. Semua peserta didik menjawab sangat setuju bahwa pembelajaran dengan model dan media ini lebih menarik dan dapat menciptakan suasana belajar lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Sedangkan untuk nomor 1, 3, dan 5 peserta didik menjawab setuju, masing 82.35 % untuk soal nomor 1, 85.29 % untuk soal nomor 4, dan 94.12 % untuk soal nomor 5. Mereka setuju bahwa dengan menggunakan model Estafet Writing berbasis media LINE, materi yang dipelajari lebih mudah dimengerti, motivasi belajar mereka juga jadi meningkat, sehingga mereka yakin hasil belajarnya juga menjadi lebih baik dari sebelumnya

Selama  kegiatan pembelajaran berlangsung, paling tidak para peserta didik sudah bisa menghasilkan beberapa pantun berantai yang mereka  buat bersama-sama di kelompok LINE-nya maupun pantun yang mereka tulis secara mandiri pada saat latihan dan evaluasi. Pantun-pantun yang mereka buat beragam tema.  Banyak sekali ide atau tema yang mereka kembangkan. Daya imajinasi mereka benar-benar bekerja dengan baik. Tema-tema pantun yang beragam, yang mereka kembangkan di  kelompok LINE tersebut terbukti memotivasi kreativitas mereka ketika memproduksi teks pantun secara mandiri pada saat evaluasi. Semua peserta didik dapat memproduksi pantun. Pantun-pantun mereka tersebut telah dijilid dalam bentuk  Kumpulan Pantun yang telah dijadikan sebagai referensi perpustakaan kelas Bahasa Indonesia dan perpustakaan sekolah. Di samping itu dijadikan kenang-kenangan bahwa mereka pernah memproduksi pantun secara bersama atau berantai.

         


BAB V

 SIMPULAN DAN SARAN

A.    Simpulan

Kegiatan memproduksi teks pantun dengan model Estafet Writing berbasis  media LINE ini dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam mengembangkan imajinasi dan berani menuangkan gagasannya dalam bentuk teks pantun dan mampu menciptakan suasana belajar  menjadi menyenangkan sehingga berpengaruh positif terhadap hasil belajarnya. Hal ini terbukti dari peningkatan nilai rata-rata memperoduksi teks pantun yang dilakukan secara bersama yaitu  85.50, latihan secara individu 87.41  dan hasil belajar ketika ulangan harian 91.23. dengan demikian, peningkatan hasil belajar peserta didik sangat signifikan setelah menggunakan model Estafet Writing berbasis media LINE.

Peserta didik terlihat serius dan antusias membaca teks pantun karya teman-temannya sebelum melanjutkan atau melengkapi sampiran dan bait-bait yang telah lebih dulu ditulis oleh teman-teman sekelompoknya. Peserta didik terlihat asyik dan aktif memproduksi untuk meneruskan tulisan-tulisan imajinatif itu. Mereka sibuk berfikir dan mengembangkan gagasan yang muncul secara spontanitas. Peserta didik yang pada awalnya tidak berani atau bingung mau memulai memproduksi teks pantun, sudah termotivasi untuk menulis karena dia hanya meneruskan bait-bait pantun yang telah lebih dulu ditulis teman-temannya. Pengalaman menulis yang mereka laksanakan bersama-sama merupakan proyek bersama yang sangat mengasyikkan dan menggembirakan ini memudahkan mereka memproduksi teks pantun secara mandiri sehingga meningkatkan hasil belajarnya. Belajar Bahasa Indonesia menjadi lebih variatif dan tidak membosankan. Semua peserta didik sangat antusias dan  sangat menikmati pembelajaran memproduksi teks pantun. Efektivitas pembelajaran memproduksi teks pantun sangat baik setelah menggunakan model Estafet Writing berbasis media LINE. dengan demikian, hipotesis dalam penelitian dapat dibuktikan.

 

 

 

B.    Saran

          Pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan model Estafet Writing berbasis media LINE ini diharapkan dapat menjadi alternatif pemecahan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya memproduksi teks pantun di sekolah. Di samping itu, strategi pembelajaran seperti ini direkomendasikan juga kepada guru Bahasa Inggris karena aspek keterampilan menulis juga dipelajari dalam mata pelajaraan Bahasa Inggris. Bagi guru yang mengajar di sekolah yang sulit mendapatkan gadget, model Estafet Writing dapat dilaksanakan dengan menggunakan buku tulis yang dipindahkan ke peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain dalam kelompok kecilnya. Jadi proses pembelajaran memproduksi teks pantun secara berantai dengan media LINE dapat diganti dengan buku tulis masing-masing yang saling berpindah tangan dalam satu kelompok. Pantun-pantun mereka di LINE di print out dan dipajang di majalah dinding kelas Bahasa Indonesia seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.

 

DAFTAR PUSTAKA

A.M. Sardiman. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafino Persada.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2016. Tips Efektif Cooverative Learning. Diva Press: Yogyakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ibrahim. 2004.Pantun-Pantun Melayu Kuno. Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau.

Karakteristiknya.” http://edukasi.kompasiana.com . diakses tanggal 21 Mei 2015.

Ngalimun, dkk. 2016. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Saifuddin, H. Asis dan Ika Berdiati. 2014. Pembelajaran Efektif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Setiawan, Setya Yuwana Sudikan. 2004. Pengembangan kemampuan

              Menulis sastra. Jakarta: Depdiknas.

Syathariah, Sitti. 2011. Estafet Writing (Menulis Berantai). Yogyakarta:Leuticaprio.

Sudjana, Nana.2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet.XV). Bandung:PT Ramaja Rosdarkarya.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suharsimi Arikunto.1996. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan praktek.

             Jakarta: Rhineka Cipta.

Suroso.1989. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Susiliana, Rudi dan Cepi Riayana, M.Pd. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Wahidmurni, Alifin Mustikawan, dan Ali Ridho. 2010. Evaluasi Pembelajaran; Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta:Nuha letera.

Zubaidah, Siti Dkk. 2006. Pembelajaran Kontektual dengan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan kemampuan berfikir, hasuilk dan Motivasi Belajar IPA pada Peserta didik Kelas V madrasah Ibtidaiyah Wahid hasyim III Malang.malang:UNM

 (http://id. Wikipedia.org/wiki/line) diakses tanggal 20 Januari 2014n Pendidikan

(http://belajarpsikologi.com) diakses tanggal 20 Januari 2014

(http://suhadianto.blogspot.com).di akses tanggal 3 Juli 2014

(http://kumpulantugassekolahdankuliah.blokspot.co.id/2015/01/pengertian- kompetensi inti-kompetensi. diakses tanggal 09 Mei 2015



Komentar

Postingan Populer