JERAT DALAM SETEGUK KOPI


 

JERAT DALAM SETEGUK KOPI

 

Seteguk kopi menghitam dalam pekatnya

Malam terjerat  rembulan lepas

Pun tanpa rembintang meski seberkas

Gulita menderai bersimbah menjelajah hingga tumpah ruah dalam basah

Melumpuhkan pinta yang tinggal secercah

 

Seteguk kopi menghitam dalam pekatnya

Teguk terakhirnya menjerat asa yang tersanggai  di dinding cawan usangnya

Keladaknya membatu melekat pilu dicawan bisu

Hasratnya tergugu di bekas tanda bibirnya yang kelu

 

Seteguk kopi menghitam dalam pekatnya

Malam menggeliat disayat perihnya

Jiwa yang timpang mengelana dalam gulita

Manisnya mengilu pilu menjerat sesat dalam pekat

Padahal angin telah memapas kisahnya

membabat gairah kasihnya

Mengebat rindu yang semakin menjerat

Menggantinya dengan kesumat

yang tiba-tiba merekat erat

meski tak sempat bejabat lekat

rindu itu kini memekat dan makin menjerat

 

Seteguk kopi menghitam dalam pekatnya

Merenggutrampaskan aroma romansa kasihnya

Hingga panasnya tak lagi mengepulkan asap gairah dalam canda malam

Merangkai kasih menjadi kisah kelam

yang kini semakin membenam dalam

Dan janji tinggal sebuah igau

serupa alunan shimponi buram

Menukik tunak di sela-sela jemari masa

yang semakin suram

 

Seteguk kopi menghitam dalam pekatnya

Hitamnya melesap dalam senyap.

menepislepaskan keladak yang masih terdekap

Menyemat kesumat yang semakin menjerat sarat.

 

Seteguk kopi menghitam dalam pekatnya


 

Komentar

Postingan Populer